KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas
kehadirat Allah SWT, karena rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga makalah
yang berjudul “Risk and Return”
penulis
selesaikan tepat pada waktunya. Shalawat dan taslim senantiasa tercurahkan
kepada junjungan Nabi Muhamad SAW yang tela membawa kita kejalan yang lurus
seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa
dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis
mengharapkan sumbangsinya berupa saran dan kritikan yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga
makalah ini bermanfaat dan dapat menambah cakrawala berpikir bagi penulis dan
pembaca. Amin.
Cirendeu
17 april 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ada dua aspek yang perlu
dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan,
yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) keputusan keuangan
tersebut. Tingkat pengembalian adalah imbalan yang diharapkan diperoleh di masa
mendatang, sedangkan risiko diartikan sebagai ketidakpastian dari imbalan yang
diharapkan. Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rata-rata
dari tingkat pengembalian yang diharapkan yang dapat diukur dari standar
deviasi dengan menggunakan statistika.
Suatu keputusan keuangan
yang lebih berisiko tentu diharapkan memberikan imbalan yang lebih besar, yang
dalam keuangan dikenal dengan istilah “High Risk High Return”. Ada trade off
antara risk dan return, sehingga dalam pemilihan berbagai alternatif keputusan
keuangan yang mempunyai risiko dan tingkat pengembalian yang berbeda-beda,
pengambilan keputusan keuangan perlu memperhtungkan risiko relatif
keputusannya. Untuk mengukur risiko relatif digunakan koefisien variasi, yang
menggambarkan risiko per unit imbalan yang diharapkan yang ditunjukkan oleh
besarnya standar deviasi dibagi tingkat pengenbalian yang diharapkan.[1]
Risiko bisnis berkaitan
dengan ketidakpastian tingkat pengembalian atas aktiva suatu perusahaan di masa
mendatang, yang mengacu pada variabilitas keuntungan yang diharapkan sebelum
bunga dan pajak (EBIT). Risiko bisnis merupakan akibat langsung dari keputusan
investasi perusahaan, yang tercermin dalam struktur aktivanya. Yang dimaksud
dengan risiko bisnis dalam hal ini adalah tingkat risiko aktiva perusahaan jika
perusahaan tidak menggunakan hutang.
B.
Identifikasi
Masalah
Dari uraian diatas penulis dapat memperjelas
permasalahan yang akan dibahas melalui identifikasi masalah, yakni “Bagaimana
cara perusahaan dapat mengambil suatu keputusan
terhadap tingkat resiko dan tingkat pengembalian disuatu perusahaan”?
C.
Analisis Masalah
Didalam
Risiko keuangan terjadi karena adanya penggunaan hutang dalam struktur keuangan
perusahaan, yang mengakibatkan perusahaan harus menanggung beban tetap secara
periodik berupa beban bunga. Hal ini akan mengurangi kepastian besarnya imbalan
bagi pemegang saham, karena perusahaan harus membayar bunga sebelum memutuskan
pembagian laba bagi pemegang saham. Dengan demikian, risiko keuangan
menyebabkan variabilitas laba bersih (net income) lebih besar.
Jika
manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana yang berasal dari hutang untuk
memperoleh laba operasi yang lebih besar dari beban bunga, maka penggunaan
hutang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan akan meningkatkan return
bagi pemegang saham. Sebaliknya, jika manajemen tidak dapat memanfaatkan dana
secara baik, perusahaan mengalami kerugian.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud resiko dan tingkat pengembalian?
2.
Bagaimana hubungan resiko dengan tingkat pengembalian?
3.
Bagaimana tingkat pengembalian yang diharapkan atas investasi?
D.
Tujuan Penulisan
1.
Agar
pembaca dapat mengetahui tentang resiko dan tingkat pengembalian.
2.
Untuk
mengetahui hubungan resiko dengan tingkat pengembalian.
3. Dapat mengetahui tingkat pengembalian yang diharapkan atas investasi.
4. Untuk memenihi tugas kelompok pada Mata
Kuliah Manajemen Keuangan Bank.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Risk dan Return
1. Risk (Risiko)
Secara umum,
risiko adalah tingkat ketidakpastian akan terjadinya sesuatu atau tidak
terwujudnya sesuatu tujuan, pada suatu kurun atau periode waktu tertentu (time
period). Atau resiko
bisa dikatakan sebagai penyimpanan arus kas yang mungkin terjadi dimasa yang
akan datang semakin besar rentang penyimpanan yang mungkin terjadi,maka akan
semakin besar resikonya.jika dipikirkan hal ini merupakan sebuah konsep yang cenderung bersifat
intuitif.[2]
Risiko bisa
juga diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return
yang diharapkan. Investor yang mempunyai sikap enggan terhadap risiko
disebut dengan risk averse investor. Investor ini tidak mau
mengambil risiko suatu investasi jika investasi tersebut tidak memberikan
harapan return yang layak sebagai kompensasi terhadap risiko yang
ditanggung investor tersebut. Sikap investor terhadap risiko akan tergantung
pada preferensi investor terhadap risiko. Investor yang lebih berani akan
memilih risiko investasi yang lebih tinggi, yang diikuti dengan harapan tingkat
return yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya, investor yang tidak
mau menanggung risiko yang tinggi tentunya tidak akan bisa mengharapkan tingkat
return yang tinggi pula.
Dalam bidang
finansial, risiko sering dihubungkan dengan volatilitas atau penyimpangan
/deviasi dari hasil investasi yang akan diterima dengan keuntungan yang
diharapkan. Volatilitas merupakan besarnya harga fluktuasi dari sebuah aset.
Semakin besar volatilitas aset, maka semakin besar kemungkinan mengalami
keuntungan atau kerugian. Van Horne dan Wachowics, Jr (1992) mendefinisikan
risiko sebagai variabilitas (keragaman) return terhadap return
yang diharapkan.
Suad Husnan
(2005:161) menyebutkan bahwa risiko dibagi menjadi dua, yaitu:
1)
Risiko Sistematis
Risiko
sistematis merupakan risiko yang mempengaruhi semua perusahaan. Risiko ini
terjadi karena kejadian-kejadian diluar kegiatan perusahaan seperti inflasi,
resesi, dan lain sebagainya.
2)
Risiko Tidak Sistematis
Risiko tidak
sistematis atau risiko khusus merupakan risiko yang mempengaruhi satu (kelompok
kecil) perusahaan, karena risiko ini merupakan risiko yang penyebabnya ada di
dalam perusahaan itu sendiri atau di dalam suatu kelompok industri tertentu.
Risiko ini disebut juga sebagai risiko unit/ risiko residual/ risiko khusus perusahaan.
Yang termasuk dalam risiko ini misalnya adanya kerusakan peralatan, pemogokan
kerja, tuntutan hukum maupun bencana alam.
Resiko untuk tujuan kita,merupakan prospek hasil yang tidak
diinginkan dan dapat diukur dengan deviasi standar, deviasi standar akar dari
data – data penyimpanan pangkat dua dari setiap kemungkinan pengembalian
terhadap pengembalian yang diharapkan[3]
A.
Mengelola
Risiko
Dalam
aktivitas yang namanya risiko adalah pasti terjadi dan sulit untuk dihindari
sehingga bagi sebuah lembaga bisnis seperti perbankan sangat penting untuk
memikirkan bagaimana mengelola risiko tersebut.
Dalam
mengelola risiko pada dasarnya ada 4 cara yaitu :
a. Memperkecil
risiko, dengan cara
tidak memperbesar setiap
keputusan yang mengandung risiko tinggi
tapi membatasinya bahkan meminimalisirnya agar
risiko tersebut tidak menambah menjadi besar dan diluar kontrol
manajemen perusahaan.
b. Mengalihkan
risiko, dengan cara
mengalihkan risiko yang
kita terima tersebut ketempat lain seperti mengasurasikan
bisnis guna menghindari terjadinya risiko yang sifatnya tidak tentu waktunya.
c. Mengontrol
risiko, dengan cara
melakukan kebijakan mengantisipasi terhadap timbulnya risiko
sebelum terjadi, seperti
memasang alarm terhadap
mobil, menempatkan satpam pada siang atau malam hari.
d. Pendanaan
risiko, dengan cara
menyediakan dana cadangan
(reserve) guna mengantispasi timbulnya
risiko dikemudian hari,
seperti perubahan terhadap nilai tukar
dolar dipasaran maka kebijakan sebuah
bank adalah harus
memiliki dana cadangan dalam
bentuk dolar.
2. Return
(Tingkat Pengembalian)
Dalam
manajemen investasi, tingkat keuntungan disebut dengan return. Return
dari suatu aset adalah tingkat pengembalian atau hasil yang diperoleh akibat
melakukan investasi. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi
investor untuk berinvestasi karena dapat menggambarkan secara nyata perubahan
harga. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya
merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dengan
risiko penurunan daya beli akibat adanya inflasi. Dalam konteks manajemen
investasi, perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return)
dengan return yang terjadi (realized return).
Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang
diantisipasi investor di masa datang. Sedangkan return yang terjadi
merupakan tingkat return yang telah diperoleh di masa lalu. Antara
tingkat return yang diharapkan dan return yang terjadi atau return
aktual merupakan risiko yang harus dipertimbangkan dalam proses investasi.
Tingkat pengembalian (return) biasanya di bedakan menjadi dua
yaitu; Return realisasi (realized return)
dan return ekspektasi (expected return).
Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di
masa yang akan datang. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi,
dihitung berdasarkan data historis.
Hasil pengembalian adalah
pendapatan yang diterima dari investasi ditambah perubahan harga pasar biasanya
dinyatakan sebagai prosentase dan harga pasar investasi mula-mula.
A.
Konsep Tingkat
Pengembalian yang Diinginkan
Tingkat pengembalian yang diinginkan investor
dapat diartikan sebagai tingkat pengembalian minimum yang diperlukan untuk
menarik investor agar membeli atau memegang surat-surat berharga tertentu.
Definisi ini mempertimbangkan biaya kesempatan investor dalam melakukan
investasi yang artinya jika suatu investasi dilakukan maka investor harus
melepaskan pengembalian yang diperoleh dari investasi alternative terbaik
berikutnya. Pengembalian yang dilepas tersebut dinamakan biaya kesempatan dana
dan sebagai konsekuensinya merupakan tingkat pengembalian yang diinginkan
investor. Dengan kata lain, kita berinvestasi dengan harapan untuk mendapatkan
tingkat pengembalian yang memadai bagi investor. Investasi akan dilakukan hanya
jika harga pembelian cukup rendah bila dibandingkan dengan arus kas masa depan
yang diinginkan sehingga dapat menyediakan tingkat pengembalian yang lebih
besar atau sama dengan tingkat pengembalian yang kita inginkan. Untuk membantu
memahami sifat alami tingkat pengembalian yang diinginkan investor, kita dapat
memisahkan tingkat pengembalian ke dalam komponen dasarnya: tingkat
pengembalian bebas risiko ditambah premi risiko yang dinyatakan dalam
persamaan:
K = Krf +Krp
Di mana K = tingkat pengembalian yang
diinginkan investor
Krf = tingkat pengembalian bebas risiko
Krp = premi risiko
Tingkat pengembalian bebas risiko (Krf )
merupakan imbalan atas keputusan menunda konsumsi dan bukan karena risiko yang
kita tanggung artinya pengembalian bebas risiko mencerminkan kenyataan dasar
bahwa kita berinvestasi hari ini agar kita dapat mengkonsumsi lebih banyak di
kemudian hari. Dengan sendirinya tingkat bebas risiko atau tingkat diskonto
harus hanya digunakan sebagai tingkat pengembalian yang diinginkan, untuk
investasi yang tidak berisiko. Biasanya, ukuran kita untuk tingkat bebas risiko
adalah sebesar tingkat pengembalian atas surat-surat berharga pemerintah AS.
Premi risiko (Krp) merupakan tingkat pengembalian yang kita harapkan untuk
dapat diterima karena risiko yang ditanggung.[5] Semakin tinggi tingkatan
risiko, maka kita akan menuntut tambahan pengembalian yang diinginkan. Walaupun
kita akan atau tidak akan bisa menerima pengembalian tambahan ini, kita harus
mempunyai alasan untuk mengharapkan penambahan tersebut.
Contoh:
Untuk menunjukkan konsep tingkat pengembalian
yang diinginkan itu, mari kita mengambil contoh perusahaan Polaroid yang
obligasinya jatuh tempo pada tahun 2006. Berdasarkan harga pasar dari obligasi
ini pada 19 September 2000 kita dapat menentukan investor itu mengharapkan
pengembalian sebesar 11%. Surat utang jangka pendek pemerintah 90 hari saat
itu, bernilai 6% yang berarti bahwa pemegang obligasi Polaroid menuntut premi
risiko sebesar 5%. Dinyatakan dalam suatu persamaan:
Tingkat pengembalian yang diharapkan (K)
= tingkat bebas risiko (Krf) + premi risiko (Krp)
= 6%
+ 5%
= 11%
B.
Hubungan Antara Risiko
& Tingkat Pengembalian
Di dalam pasar uang di
mana saham dan obligasi di jual, para pemakai uang, seperti perusahaan yang
melakukan investasi harus bersaing satu sama lain dalam mencari modal. Untuk
memperoleh pembiayaan atas proyek yang akan bermanfaat bagi pemegang saham
perusahaan, perusahaan harus menawarkan kepada investor, tingkat pengembalian
yang mampu bersaing dengan alternatif investasi lain yang tersedia bagi
investor tersebut. Tingkat pengembalian dari alternatif investasi terbaik
berikutnya ini dikenal sbg biaya kesempatan dana (opportunity cost of fund).
Dalam menjalankan sebuah
bisnis, perusahaan kecil lebih berisiko dalam tingkat pengembalian dari pada
perusahaan besar. Mengapa? Karena pengalaman bisnis perusahaan kecil mengandung
risiko operasi yang lebih besar , mereka lebih sensitif terhadap kecenderungan
bisnis yang menurun dan beberapa beroperasi dalam pasar yang kecil yang dengan
cepat muncul dan kemudian dengan cepat lenyap. Selain itu perusahaan kecil
mengandalkan pembiayaan melalui utang dibandingkan perusahaan yang besar.
Perbedaan ini menciptakan variabilitas yang lebih pada jumlah laba dan arus
kas, yang diartikan sebagai risiko yang lebih besar.
Dengan memikirkan forgoing
(kehilangan peluang yang lebih baik), kita harus mengharapkan adanya tingkat
pengembalian yang berbeda untuk pemilik dari berbagai surat-surat berharga
tersebut. Jika pasar menghargai investor atas risiko yang ditanggungnya, maka
tingkat pengembalian harus meningkat mengikuti peningkatan risiko.
C.
Tingkat Pengembalian Yang
Diharapkan Atas Investasi
Secara Berdiri Sendiri
atau Portofolio
1.
Risiko arus kas aktiva dapat dipertimbangkan atas dasar berdiri sendiri (stand-alone
basis) oleh setiap aktiva itu sendiri atau dalam konteks portofolio di mana
investasi digabungkan dengan aktiva lain dan risikonya dikurangi melalui
diversifikasi.
2.
Kebanyakan investor yang rasional memiliki portofolio aktiva, dan mereka
lebih memperhatikan risiko portofolionya daripada risiko aktiva individual.
3.
Pengembalian yang diharapkan atas investasi adalah nilai rata-rata dari
distribusi probabilitas pengembalian.
4.
Semakin besar probabilitas bahwa pengembalian aktual akan jauh di bawah
pengembalian yang diharapkan, semakin besar risiko yang berdiri sendiri (stand-alone)
yang berkaitan dengan aktiva.
5.
Tingkat pengembalian yang diharapkan atas saham umumnya sama dengan
pengembalian yang diperlukan
6.
Namun, sesuatu dapat terjadi yang menyebabkan tingkat pengembalian yang
diperlukan berubah:
a. Suku bunga bebas risiko dapat berubah karena perubahan inflasi yang
diantisipasi.
b.
Beta saham dapat berubah.
c.
Penolakan investor terhadap risiko dapat berubah.
7.
Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dan investasi, maka didirikanlah
oleh Pemerintah Pasar Modal Indonesia, dalam hal ini khususnya Bursa Efek
Jakarta.
Pasar modal memberikan
pilihan investasi yang semakin banyak bagi perusahaan yang telah go public
(emiten) untuk memperoleh dana dalam mengembangkan perusahaannya, maupun
investor untuk memperoleh tingkat pengembalian yang lebih besar dari investasi
yang ditanamkan sebelumnya (capital gain). Tingkat pengembalian yang diharapkan
berkaitan erat dengan risiko yang ditanggungnya, bila tingkat pengembalian yang
diperoleh besar, maka risikonya juga besar, dan sebaliknya bila tingkat
pengembalian yang diperoleh kecil, maka risikonya juga kecil, tetapi semuanya
tergantung dari investor itu sendiri dalam menghadapi risiko.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan makalah diatas penulis
dapat mengambil kesimpulan diantaranya:
Ø Risiko adalah tingkat ketidakpastian akan terjadinya
sesuatu atau tidak terwujudnya sesuatu tujuan, pada suatu kurun atau periode
waktu tertentu (time period). Dan Cara mengelola resiko,
yaitu memperkecil resiko, mengalihkan resiko, mengontrol resiko, pendanaan
resiko.
Dalam manajemen investasi, tingkat keuntungan disebut
dengan return. Return dari suatu aset adalah tingkat pengembalian
atau hasil yang diperoleh akibat melakukan investasi. Return merupakan
salah satu faktor yang memotivasi investor untuk berinvestasi karena dapat
menggambarkan secara nyata perubahan harga.
Ø Dalam menjalankan sebuah bisnis, perusahaan kecil lebih berisiko dalam
tingkat pengembalian dari pada perusahaan besar. Mengapa? Karena pengalaman
bisnis perusahaan kecil mengandung risiko operasi yang lebih besar , mereka
lebih sensitif terhadap kecenderungan bisnis yang menurun dan beberapa
beroperasi dalam pasar yang kecil yang dengan cepat muncul dan kemudian dengan
cepat lenyap. Selain itu perusahaan kecil mengandalkan pembiayaan melalui utang
dibandingkan perusahaan yang besar. Perbedaan ini menciptakan variabilitas yang
lebih pada jumlah laba dan arus kas, yang diartikan sebagai risiko yang lebih
besar.
Ø Tingkat pengembalian yang diharapkan atas investasi
1) Risiko arus kas aktiva dapat dipertimbangkan atas dasar berdiri sendiri (stand-alone
basis) oleh setiap aktiva itu sendiri atau dalam konteks portofolio di mana
investasi digabungkan dengan aktiva lain dan risikonya dikurangi melalui
diversifikasi.
2) Kebanyakan investor yang rasional memiliki portofolio aktiva, dan mereka
lebih memperhatikan risiko portofolionya daripada risiko aktiva individual.
3) Pengembalian yang diharapkan atas investasi adalah nilai rata-rata dari
distribusi probabilitas pengembalian.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking