Bab 10
PENGENDALIAN MUTU
TERPADU
ATAU
TOTAL QUALITY CONTROL (TQC)
A.
Perkembangan
dan Mentalitas Dasar TQC
Kemajuan
pendidikan, teknologi, informasi dan peradaban mendorong masyarakat konsumen
semakin selektifdan cenderung untuk mengkonsumsi barang atau jasa yang bermutu
baik. Hal ini menciptakan persaingan yang ketat antarperusahaan serta mendorong
karyawan bekerja efektif dan efisien. Dengan begitu, barang/jasa yang
dihasilkan bermutu tinggi sehingga mempunyai daya saing yang besar di pasaran.
Untuk
mengenal TQC perlu mengetahui sejarah perkembangan TQC dan konsep terapan
dibeberapa negara, kemudian baru diketahui apa konsep TQC tersebut.
1.
Perkembangan TQC
1920-1940
: Pengendalian mutu (quality control) mulai dilakukan di Amerika Serikat terbatas
pada produk pabrik, kemudian mulai tahun 1940 dilakukan dengan metode
statistik.
1940-1950
: Penerapan pengendalian mutu dengan statistik dan mulai diadakan penelitian
secara kelompok untuk mengendalikan mutu dimaksud.
1950-1955
: Pengembangan pengendalian mutu dengan menekankan sebagai bagian integral dari
pengendalian manajemen.
1955-1960
: Manajemen yang menekankan pada hasil/ MBO (mangement by objective = MBS)
dikembangkan untuk menggariskabawahi perencanaan strategis (strategic planning) dan penembangan manajemen.
1960-1965
: Mulai diperkenalkan Quality Control Circles (QCC = GKM = gugus kendali mutu)
sebagai penggalakan pemeriksaan dengan pengendalian mutu, agar seluruh karyawan
tertinggi sampai dengan terbawah mempelajari metode statistik dan
berpartisipasi aktif dalam pengendalian mutu.
1965-1978
: QCC gaya Jepang lebih dikenal dengan nama TQC yang menekankan PDCA
(Plan-Do-Check-Action) pada seluruh tingkat organisasi oleh semua orang.
2.
Organisasi
Organisasi
gaya Jepang, gaya Amerika Serikat, dan gaya Eropa Barat, perlu dipahami untuk
dapat mengetahui konsep TQC tersebut. Perbedaan konsep organisasi gaya Jepang
dengan AS dan Eropa Barat adalah sebagai berikut.
TABEL 10.1
Perbedaan
Organisasi
Konsep Jepang
QCC
|
Konsep AS/Eropa Barat
MBO
|
Konsep TQC
|
1. Tanggung jawab perorangan terbatas.
2. Tanggung jawab sama besar.
3. Kesedian berbuat lebih.
4. Kesadaran kelompok.
5. Perbedaan golongan tidak mencolok.
|
Tanggung jawab
perorangan besar.
Tanggung jawab bersama
kecil.
Pengkotakan (adanya
spesialisasi tinggi).
Adanya pemeran utama.
Perbedaan kelompok yang
nyata.
|
Mengutamakan mutu.
Memperlakukan proses
berikut sebagai pelanggan.
Pengendalian mutu dengan
fakta.
Melaksanakan
pengendalian mutu pada proses.
|
TQC
dan QCC perlu dipelajari dalam MSDM karena manusia adalah aktiva yang paling
berharga, perencanaan dan pelaku dalam mewujudkan barang atau jasa yang bermutu
tinggi.
3.
Dasar TQC
Dasar
TQC adalah mentalitas, kecakapan, dan manajemen partisipasi dengan sikap mental
yang mengutamakan kualitas kerja. Mentalitas adalah kesediaan bekerja
sungguh-sungguh, jujur dan bertanggung jawab melaksanakan pekerjaannya.
4.
Mentalitas Dasar TQC
a.
Kerja
Sama dan Partisipasi Total
1) Agar
karyawan mengetahui cara0cara dalam membangun sikap mental dasar dilingkungan
kerjaan masing-masing.
2) Tujuannya
adalah :
a) Berorientasi
kepada tanggung jawab kelompok.
b) Bersedia
membuat lebih/berpartisipasi dalam bidang yang berhubungan.
c) Menciptakan
kesadaran kelompok.
d) Dapat
saling menghargai antar golongan/tingkatan.
b.
Berorientasi
Kepada Mutu
1) Yang
dimaksud dengan mutu/kualitas adalah:
a) Disesuaikan
dengan permintaan.
b) Sistemnya
adalah pencegahan sejak awal dikerjakan dengan benar.
c) Standarnya
adalah tidak cacat/harus tidak ada kesalahan.
d) Ukurannya
adalah biaya untuk mencapai kualitas.
2) Prinsip-prinsip
kualitas adalah:
a) Kepuasan
pemakai, jadi berorientasi pada pemakai, bukan pada standar.
b) Mencakup
kualitas dari semua jenis pekerjaan.
c) Merupakan
tanggung jawab setiap orang sehingga sejak awal harus dilaksanakan dengan
benar.
3) Pengertian
kualitas adalah:
a) Produk,
orang dan aktivitas.
b) Biaya.
c) Pengiriman
d) Keselamatan
e) Moral.
c.
Hubungan
Atasan dan Bawahan
1) Penentuan
objektif secara kerjasama atau kolaborasi dengan pemberian rekomendasi atasan
dan bawahan berpartisipasi (plan).
2) Pencapaian
objektif secara kerja sama dengan adanya dukungan dari atasan dan pengendalian
diri dari bawahan (do).
3) Penilaian
hasil bersama dengan memberikan penghargaan dari atasan dan memberikan
kesempatan penilaian sendiri dari bawah (check).
4) Tindakan
selanjutnya seperti pemecahan masalah bersama atasan dan bawahan dengan
dukungan atau pengarahan dari atasan serta motivasi diri dari bawahan (action).
B.
Pengertian
dan Manfaat TQC
1.
Total Quality Control
(TQC)
An effective system for
integrating the quality development, quality maintance and quality improvement
effort of the various groups in organization so as anable production and
service at the most economical levels which allow for full, customer
satisfication.
(Pengendalian
Mutu Terpadu adalah suatu sistem yang efektif untuk mengintegrasikan
usaha-usaha pengembangan kualitas, pemeliharaan kualitas, dan perbaikan
kualitas atau mutu dari berbagai kelompok dalam organisasi, sehingga
meningkatkan produktivitas dan pelayanan ke tingkat yang paling ekonomis yang
menimbulkan kepuasan semua langganan)
2.
Pengertian dasar
a.
Pengendalian
mutu terpadu (PMT) adalah suatu sistem manajemen
yang melibatkan semua tingkatan karyawan melaui pelaksanaan konsep quality control dan metode statistik
untuk memuaskan langganan dan karyawan.
b.
Quality
control circle (QCC = GKM) adalah kelompok kecil
karyawan dari lingkup kerjasama yang dengan sukarela melakukan kegiatan
pengendalian dengan menggunakan teknik quality
control.
c.
Quality
control project (QCP) adalah kelompok kecil
karyawan dan lingkup kerja yang sama atau lebih luas yang melakukan kegiatan
perbaikan dalam satu kali proyek sampai selesai dengan menggunakan teknik quality control.
d.
Dukungan
manajer adalah dukungan dari manajer puncak
dalam menetapkan kebijaksanaan dan memberi arahan serta dukungan dari manajer
media untuk berperan serta dalam TQC.
e.
Kekuatan
TQC terletak pada bagian terlemah dari
rantai lingkaran gugus kendali mutu (QCC).
3.
Tujuan pelaksanaan TQC
a.
Pencapaian
kebijaksanaan dan target perusahaan secara efisien.
b.
Perbaikan hubungan
manusia serta mutu barang atau jasa.
c.
Peningkatan moral,
prakarsa dan kerjasama karyawan.
d.
Pengembangan kemampuan
tenaga kerja.
e.
Peningkatan
produktivitas dan profitibilitas usaha.
4.
Manfaat Pelaksanaan TQC
a.
Bagi
Karyawan
1)
Meningkatkan kemampuan
karyawan dalam melihat, mengenali permasalahan dan mencari alternatif
pemecahan.
2)
Meningkatkan kemampuan
komunikasi dan partisipasi di dalam kegiatan kelompok kerja.
3)
Membiasakan berpikir
secara analitis dengan menggunakan teknik-teknik quality control.
4)
Peningkatan daya
kreativitas.
5)
Peningkatan kepercayaan
diri.
b.
Bagi
Perusahaan
1)
Pengembangan perusahaan
melalui akumulasi gagasan-gagasan perbaikan.
2)
Meningkatkan daya saing
barang atau jasa yang dihasilkan.
3)
Memperbaiki hubungan
perusahan dengan karyawan.
4)
Partisipasi semua
karyawan di dalam membantu terwujudnya tujuan perusahaan.
c.
Bagi
Konsumen
1)
Konsumen akan
memperoleh barang/jasa yang bermutu baik.
2)
Konsumen akan
mendapatkan kepuasan dari barang/jasa tersebut.
3)
Konsumen akan
memperoleh barang/jasa yang memenuhi kesehatan dan keselamatan.
4)
Konsumen akan menerima
barang sesuai dengan pesanannya.
5)
Pemerintah akan
mendapatkan pajak-pajak.
5.
Syarat Penerapan
TQC/PMT
Dalam
konsep manajemen, TQC selain bertujuan mengendalikan mutu produk, juga usaha
perbaikan struktur dan manajemen organisasi. TQC dapat dilakukan dengan
mengikuti siklus deming (PDCA) dan dengan mempertimbangkan unsur manajemen (6
M) dalam seluruh bagian di lingkungan organisasi. Pelaksanaan TQC harus juga
memperhatiakan produk, konsumen dan organisasi perusahaan.
Jadi
penerapan TQC = PMT diperlukan syarat berikut.
a. Seluruh
sumber daya manusia turut serta dalam proses kegiatan (manajerial dan
operasional) harus mengerti dan menghayati arti TQC, mampu bermentalitas baik
dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap penyelesaian pekerjaannya.
b. TQC/PMT
sebagai totalitas pengendalian terhadap mutu produk secara bertahap dan
merupakan rangkaian suatu proses diharuskan agar setiap kelompok kerja
(subsistem) bekerja benar dalam rangkaian terpadu dari gugus kendali mutu
tersebut.
c. Seluruh
mata rantai dalam subsistem harus mampu bekerja efesien dan efektif dengan
didukung sikap mental positif dari setiap individu anggotanya. Sikap mental
positif adalah kesediaan untuk bekerja produktif dalam suatu tim spirit kerja
sama yang kuat, untuk mencapai mutu kerja yang tinggi.
d. Sarana,
prasarana dan lingkungan kerja harus mendukung pelaksanaan pengendalian mutu
terpadu (PMT). Setiap individu karyawan harus mengetahui dan berpartisipasi
dalam mengerjakan pekerjaan secara benar, sehingga barang/ jasa yang dihasilkan
bermutu tinggi.
C.
Sistem
Manajemen TQC
Dalam
TQC sistem manajemen dibahas meliputi apa yang dimaksud dengan sistem
manajemen, kebijaksanaan manajemen, proses kerja gugus TQC, tujuan gugus kerja
TQC, dan program TQC yang seluruhnya dapat diuraikan sebagai berikut.
1.
Yang Dimaksud Sistem
Manajemen
a.
Untuk mengetahui
pengertian/konsep standar dari sistem manajemen seutuhnya.
b.
Dapat memilih cara
penerapan yang paling tepat dan efektif.
c.
Sistem manajemen
memilih tiga tingkat aktivitas sesuai dengan struktur piramidal organisasi dan
setiap jenjang memiliki tugas membantu penerapan TQC sesuai dengan fungsi
masing-masing.
2.
Kebijaksanaan Manajemen
a.
Dukungan dari manajer
dalam menetapkan kebijaksanaan dan memberi pengarahan.
b.
Dukungan dari manajer
menengah untuk berperan serta dalam TQC.
c.
Waskat harus diterapkan
oleh setiap atasan subnit/kelompok kerja dengan cara yang benar, agar kesalahan
dapat diketahui sedini mungkin.
3.
Proses Kerja Gugus TQC
Proses
kerja gugus TQC meliputi :
a.
Pengajuan masalah
b.
Analisis permasalahan
c.
Mencari pemecahan
masalah
d.
Presentasi pada pihak
manajer
e.
Manajer akan meninjau,
menyelusuri atau meminta tindak lanjut dari presentasi yang dimaksud.
4.
Pelaksanaan Program TQC
Dalam
pelaksanaan program TQC terdapat dau hal yang harus diperhatikan agar TQC dapat
sukses yaitu dari sisi karyawan dan manajer.
a.
Dari
Sisi Karyawan
1) Menciptakan
suasana yang cocok.
2) Saling
memberi informasi dan komunikasi.
3) Dijadikan
program sukarela.
4) Memberikan
pengarahan dan latihan.
5) Bersikap
terbuka dan positif.
6)
Menyediakan waktu,
sarana, fasilitas dan dana.
b.
Dari
Sisi Manajer
1) Mengajukan
dan menjelaskan program TQC kepada puncuk pimpinanan.
2) Menjelaskan
tujuan dan hasil yang akan dicapai.
3) Mendapat
dukungan dari pucuk pimpinan.
5.
Kendala Pelaksanaan
Program TQC
Kendala pelaksanaan
program TQC datang dari bawahan dan atasan.
a.
Kendala
dari Bawahan
1)
Adanya ketidaksetujuan.
2)
Merasa dimaaftkan oleh
pimpinan.
3)
Merasa sebagai beban
tambahan.
4)
Adanya sikap mengapa
saya harus membantu/menolong perusahaan.
5)
Tidak
dijalankan/dilakukan di tempat kerjanya.
6)
Tidak adanya waktu
untuk berkelompok (circle).
b.
Kendalaan
dari Atasan
1)
Atasan tidak mendukung
gagasan TQC = PMT.
2)
Sangat sibuk, tidak ada
waktu.
3)
Kurangnya kewenangan
yang dimiliki.
4)
Belum memahami secara
jelas pengertian TQC.
5)
Atasan menganut
sentralisasi wewenang.
6.
Pelaksanaan TQC di
Jepang, USA dan Eropa Barat
Antara
pelaksana TQC di Jepang, USA dann Eropa Barat terhadap perbedaan penekanan
sebagai berikut.
Jepang
Jepang
memberikan TQC dengan latihan dan pendidikan kepada seluruh tingkatan karyawan,
baik pimpinan perusahaan, tenaga spesialis, maupun pelaksana yang lain. Jadi
semua karyawan akan berprestasi baik sehingga kemajuan Jepang lebih cepat.
USA dan Eropa Barat
Di
negara-negara Eropa Barat dan USA, TQC cenderung digunakan untuk mendidik
tenaga ahli khusus tentang mutu. Hal ini mengakibatkan penggunaan yang sangat
terbatas dan prestasi yang dicapai minim sekali karena tidak semua karyawan
berprestasi. Jadi, peningkatannya terpaksa dilakukan secara perlahan-lahan.
D. Penerapan
dan Pemecahan Masalah TQC
Penerapan
dan pengembangan TQC menyangkut berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan dan pengembangan TQC bagi kepentingan perusahaan dan karyawan.
1. Tujuan
Penerapan dan Pengembangan
a. Pengembangan
suatu sistem dan praktek manajemen memerlukan suatu proses perubahan
mentalitas.
b. Proses
pertumbuhan tersebut lebih banyak ditekankan pada perubahan tingkah laku
manusia.
c. Proses
TQC memerlukan waktu dan perhatian manajemen.
d. Mengetahui
bagaimana cara mendorong dan mengelola proses perubahan.
2. Penerapan
Sistem
Penerapan
suatu sistem manajemen selalu mengakibatkan terganggunya keseimbangan. Timbul
dua pihak yang pro dan kontra, menerima TQC dan menyangkut nilai-nilai yang
sudah mapan. Jika diibandingkan nilai-nilai budaya Indonesia dengan nilai-nilai
TQC akan tampak sebagai berikut.
Nilai-Nilai
Budaya Indonesia Nilai-Nilai
TQC
1. Asas
Kekeluargaan 1. Kerja Sama
2. Gotong
Royong 2. Total Partisipasi
3. Tut
Wuri Handayani 3. Menghargai Sesama
4. Bhinneka
Tunggal Ika 4. Menghargai Keunikan dan Kreativitas
Mengapa
orang enggan menerima perubahan sistem manajemen? Hal ini karena menyangkut
ketidakpastian hasil, kesulitan melaksanakan, kebiasaan yang sudah ada, dan
ancaman terhadap dirinya sendiri.
3. Dasar-Dasar
Pemecahan Masalah
Pada
setiap perusahaan masalah selalu muncul, bahkan suatu persoalan belum selesai
dipecahakan sudah muncul persoalan lain.
Mengapa
suatu masalah harus dipecahkan?
Masalah
harus dipecahkan untuk menjaga jangan sampai timbul masalh lain yang lebih
besar dan lebih luas pada waktu selanjutnya.
J.Dewey
mengemukakan tiga langkah pemecahan dalam pengambilan keputusan.
a. Identifikasi
masalah dengan meneliti apa dan bagaimana masalah yang timbul.
b. Pengembangan
alternatif-alternatif pemecahan masalah yang mungkin dapat menyelesaikan
masalah tersebut.
c. Pemilihan
alternatif yang terbaik yang dilakukan berdasarkan kriteria yang dipergunakan.
H. Simon
menyempurnakan pendapat J.Dewey, yaitu evaluasi dan keputusan yakni sejauh mana
hasil perbaikan dapat memecahkan masalah yang dihadapi, setelah implementasi
dilakukan.
4. Pemecahan
Masalah TQC
Pemecahan
masalah TQC dilakukan dengan Plan, Do,
Check dan Action (PDCA) yang dijabarkan menjadi 8langkah pemecahan masalah,
khususnya dalam Quality Circle.
Ke-8
langkah (eight steps) tersebut
apabila dihubungkan dengan fungsi organisasi dan tahap-tahap pengambilan
keputusan adalah seperti tabel berikut.
Tabel 10.2
DELAPAN
LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
DIHUBUNGKAN
DENGAN FUNGSI ORGANISASI
Fungsi
organisasi
|
Proses
Pengambilan
Keputusan
|
8
Langkah
Pemecahan
Masalah
|
Plan
|
1.
Identifikasi masalah
2. Pengembangan
alternatif
|
1.
Menentukan prioritas masalah
2.
Menjelaskan mengapa masalah itu diprioritaskan
3.
Mengenali status masalah
4. Susun
langkah-langkah perbaikan
|
Do
|
3.
Pemilihan alternatif
4.
Implementasi
|
5.
Melaksanakan langkah-langkah
perbaikan
|
Check
|
5. Evaluasi
|
6.
Periksa hasil perbaikan
|
Action
|
|
7.
Mencegah terulangnya masalah
8.
Menggarap masalah selanjutnya
|
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking